Asus

 

KLIKSULUT, BITUNG—Perbedaan menjadi satu perekat bagi komponem warga kota Cakalang yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Hal ini dikatakan Wali Kota Bitung Maximiliaan Lomban.

Kondisi masyarakat kota Bitung yang diberi identitas kota multi etnis oleh karena berbagai perbedaan kelompok sosial, budaya, agama, golongan dan strata sosial. Bahkan adanya perbedaan pandangan politik tentang kelompok minoritas mayoritas menunjukkan kota Bitung sebagai Indonesia mini, dengan citra Bhineka Tunggal Ika yang telah melekat dalam hidup dan menjadi motto hidup bermasyarakat. Apalagi Kota Bitung sebagai pintu gerbang kawasan pasifik mengundang siapa saja ingin datang bahkan bebas menjadi warga Bitung yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. "Sehingga di tengah kemajemukan yang ada di kota Bitung terdapat berbagai perbedaan yang kita miliki yang seharusnya menjadi aset kearifan lokal," katanya.


Ketua Nasdem Sulut juga mengakui kadang justru perbedaan ini membawa pada tembok-tembok pemisah, memicu terjadinya konflik di antara masyarakat hingga tak sejalan lagi dengan cita-cita kota ini.


"Apalagi di era revolusi industri 4,0 ini, semua orang dengan mudahnya bertindak sebagai ’insan media’, menyebarkan informasi bebas tanpa saring, tanpa peduli dampak bahkan nilai kebenaran dari berita yang dibagikan sehingga dapat menjadi sumber provokasi yang sulit dibendung. fakta ini perlu dan harus menjadi perhatian kita bersama baik sebagai pemerintah, pemuka agama, tokoh masyarakat bahkan juga lembaga-lembaga kemasyarakatan," jelasnya. (*)

 

Berita Terkait

TInggalkan Komentar