Asus
Tito Sebut Jusuf Kalla Luar Biasa
                                                         Foto Istimewa
 
KLIKSULUT, MANADO -  Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memuji Wakil Presiden Jusuf Kalla yang dinilainya tegas dan pemberani.
Kata Tito, keberanian Kalla itu sampai membuat TNI dan Polri kebingungan.
 
Tito menyampaikan hal tersebut saat memberi sambutan dalam acara tradisi pengantar purnatugas Wakil Presiden Jusuf Kalla yang diselenggarakan Polri di Gedung PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2019).
"Jika ada yang kurang, dengan segala hormat, Bapak (Jusuf Kalla), kurangnya cuma satu saja, Bapak bukan jenderal TNI maupun Polri," kata Tito.
 
"Tapi saya paham secara personal bahwa keberanian, ketegasan Bapak dalam bersikap melebihi ketegasan dan keberanian jenderal TNI dan Polri. Sosok Bapak yang bukan jenderal TNI-Polri, membuat bingung jenderal TNI-Polri karena Bapak jauh lebih tegas dan berani," lanjut Tito.
 
Bukan tanpa alasan, Tito pun menceritakan ketegasan dan keberanian Jusuf Kalla, salah satunya 
ketika menangani kasus bom Makassar di Mall Ratu Indah dan bom NV Hadji Kalla pada tahun 2002.
 
Saat itu, Tito dipercaya menangani kasus tersebut dan dia melapor kepada Kapolda Sulawesi Selatan saat itu, Firman Gani tentang pelaku pengeboman tersebut
"Saya sampaikan ke kapolda, ’Pak pelakunya kelompok Muchtar Daeng Lau, sudah ditangkap, tapi di belakang ada satu lagi, namanya Agung Abdul Hamid," kata Tito saat itu.
 
Firman Gani, kata dia, lalu menyampaikan kepada Tito, sesuai perintah dari Jusuf Kalla yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra), polisi harus menangkap pelaku tersebut.
"Perintah dari Pak Jusuf Kalla, Menkokesra saat itu, tangkap dia! Tangkap semua! Sehingga saya lihat, ini di bom kok enggak takut? Ini malah minta habisi. Jadi (Jusuf Kalla) penuh keberanian," kata dia.
Pengalaman lainnya, saat Tito dan Kabareskrim Polri saat ini, Komjen Idham Azis, memimpin operasi konflik Poso tahun 2005-2007.
 
Saat itu, ada 6 korban meninggal dunia. Tito khawatir hal tersebut digiring menjadi isu HAM sehingga dia bersama timnya melapor kepada presiden, komisi III DPR, dan Komnas HAM.
 
"Ketika Pak Kapolri saat itu, Pak Sutanto, Pak Badrodin Haiti dan saya menghadap Pak Jusuf Kalla, pertanyaan Bapak singkat. Apakah yang meninggal membawa senjata? Kami jawab, ya, kami bisa buktikan mereka bawa senjata, 300 senjata dan 4.000 butir peluru," kata Tito menirukan situasi saat itu.
 
"Jawaban Bapak juga singkat, ’Kalian sudah benar! Di negara ini, tidak boleh ada yang memegang senjata kecuali TNI/Polri," kata Tito.
Inilah yang membuat Tito tak habis pikir. Ditambah lagi, keesokan harinya, kata dia, Jusuf Kalla datang ke Poso.
 
Ia mengumpulkan masyarakat dan memberikan penjelasan sehingga suasana tegang pun menjadi lebih kendor.
Selain itu, kata Tito, Jusuf Kalla juga memiliki jasa besar dalam menangani konflik di Malino, Poso, dan Aceh yang bertahun-tahun tak pernah selesai.
 
Di luar negeri, Jusuf Kalla juga berjasa saat menjadi mediator dalam konflik di Filipina Selatan serta konflik di Myanmar.
"Beliau pemain dunia dalam perdamaian dan rekonsiliasi. Ini yang kita lihat dan perlu ditiru. Beliau tampil di PBB berkali-kali.
 
Ini sulit mencari pemimpin sekelas Bapak di masa-masa mendatang," kata Tito.Adapun masa jabatan Jusuf Kalla akan segera berakhir seiring dengan dilantiknya presiden dan wakil presiden terpilih, yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin pada 20 Oktober 2019.
 
Sebagai tanda perpisahan dan terima kasih, Polri melepas Jusuf Kalla dengan acara purnatugas yang menghadirkan beberapa prosesi dari jajaran kepolisian pada Jumat (18/10/2019).(*)

Berita Terkait

TInggalkan Komentar