Asus
Masyarakat Sangihe Diminta Jauhi Money Politik

foto: Anju Siboro

 

SANGIHE-- Politik uang atau Money Politik memiliki defenisi yang cukup luas dan dapat didefinisikan, sebagai sebuah upaya mempengaruhi orang lain. Tentunya dengan menggunakan imbalan materi/uang atau dalam konteks pemilu dapat diartikan sebagai transaksi (jual-beli) suara.

Sementata itu, sejumlah lembaga survey pun memaparkan bahwa ketidakpercayaan masyarakat, terhadapat semua kontestan pemilu adalah sebagai dalang utamanya.

Terbukti, ada sejumlah partai politik sebagai instrumen utama belum mampu menyelaraskan platform politiknya, terhadap perubahan di masyarakat yang akhirnya memunculkan dinamika di perpolitikan nasional.

Dikatakan Anju Siboro, salah satu pemerhati pembangunan Sangihe mengatakan, dengan adanya money politik, maka muncul juga masalah baru yang sangat mengkuatirkan seluruh pihak.  Kerinduan masyarakat akan pemimpin yang berintegritas dan kompeten tidak akan mungkin terwujud dengan kurangnya pendanaan."Jika kebiasaan ini terus dibudayakan, maka sampai kapanpun bangsa ini akan terus tersandera oleh para miliarder, yang haus akan kekuasaan tetapi tidak tahu apa itu politik. Sehingga jika Money Politik tetap merajalela niscaya, parpol yang potensial melakukan praktik tersebut hanya partai yang memiliki dana besar," sebut Siboro.

Terangnya, dalam politik memerlukan orang-orang baik, memiliki keunggulan komparatif dalam artian memiliki kompetensi, dan sekaligus juga memiliki keunggulan kompetitif. "Politik uang adalah lawan kita bersama. Pemberian uang dari para kandidat (terkhusus Caleg),  adalah sebuah bukti bahwa dirinya tidak kompeten, dalam berpolitik dan tidak punya hati dalam membangun melainkan hanya untuk menimbun harta," terangnya. 

Lanjutnya, karena pada dasarnya yang menjadi misinya adalah uang. Masyarakat juga perlu memahami bahwa harga suara tidak dapat dinilai dengan uang pemberian dari para calon. " Karena suara rakyat adalah penentu nasib bangsa. Bangsa indonesia, adalah bangsa yang besar, bangsa yang bermoral. Jangan kita nodai dengan keegoisan akan kenikmatan sesaat. Ingat Vox populi vox Dei (suara rakyat adalah suara Tuhan),"Pungkas Tokoh pemuda dan sekarang mengabdi sebagai guru SLH di Sangihe ini.(*)

Berita Terkait

TInggalkan Komentar